Jumat, 30 November 2012

Pacaran Menurut Islam / Pedoman Mencari Jodoh

NAMA : LINIE ASMARA

NPM : 14210043

KELAS : 3EA17

Pacaran Menurut Islam / Pedoman Mencari Jodoh

"Kenapa sih, ngga boleh pacaran!", kalimat seperti ini acap kali diucapkan oleh para remaja, dengan nada kesal. Zaman sekarang, remaja pacaran, berjalan dan mojok berduaan, memang sudah sangat biasa. Mereka terlihat dimana-mana. 

Zaman saya SMP dulu, di tahun 1990 an, siswa yang pacaran bisa dihitung dengan jari. Dan mereka "malu-malu", tidak mau terlihat oleh yang lain. Zaman berubah. Namun, kriteria kebaikan Universal sebetulnya tidaklah berubah.

Dari zaman nabi Adam sampai dengan zaman Rasulullah Muhammad SAW, Islam melarang pencurian seperti juga Islam melarang orang untuk pacaran, atau pun mendekati zina. 

Mari kita kaji bersama-sama, "Mengapa pacaran dilarang?"

Allah Maha Tahu, Yang Maha Pencipta tentunya yang paling tau apa yang terbaik buat kita. Allah menginginkan manusia ciptaanNya hidup bahagia, sehat dan sejahtera. 

"Tapi ...orang yang sedang pacaran kan bahagia, lihat aja tuh orang yang sedang jatuh cinta, suka senyum-senyum sendiri, kelihatan senang kan? :) he .. he..". Kaya sedang makan coklat ya? ada lirik lagu yang bunyinya: " Bila Cinta Sudah Melekat Tai Kucing Rasa Coklat ".... Waktu pacaran kirain coklat setelah nikah "Sialan, ngga taunya Tai Kucing". Nah lo ...

Pada waktu pacaran yang diperlihatkan yang bagus-bagus nya aja, nanti kalau sudah nikah, baru deh kelihatah aslinya. "Ah, ternyata bau badannya ....uasem. Waktu pacaran kok wangi ya...". " Yaaa ternyata kere, mobil yang dipakai waktu pacaran itu mobil pinjaman ...". "Waktu pacaran kayanya romantiiis banget, eh ternyata aslinya galak". Pacaran tidak menjamin kita akan tahu sifat calon suami atau istri sesorang. Jadi gimana dong? .... Sholat Istikhoroh, minta petunjuk kepada Allah. Walaupun bibit, bebet, bobot tetap harus dilihat ya. Carilah yang sepadan. Namun yang terutama carilah yang pemahaman agamanya baik. Lalu istikhoroh, Berdoalah: "Ya Allah,kalau memang ia baik untukku mudahkanlah, jika tidak baik untukku jauhkanlah".

Coba perhatikan orang di sekelilingmu. Ada yang kaya raya, berkuasa, barang serba ada tapi terlih tidak bahagia. Kenapa? ...karena keluarganya tidak bahagia, suami istri nafsi nafsi sendiri-sendiri, ikuti nafsu masing-masing. Tidak ada komunikasi, kalau ketemu berantem melulu, atau anaknya kurang ajar dan lain sebagainya.

Sementara ada keluarga yang sederhana, tapi bahagia. Suami, istri dan anak sering melakukan kegiatan bersama. Kita bisa lihat bahwa kebahagian itu didapat dari keluarga. Keluarga yang mawaddah wa rahmah. 

Sekarang coba kita fikirkan, seseorang yang dari usia muda sudah pacaran, katakanlah usia 17 tahun. Menikah usia 25 tahun. Kira-kira sudah gonta ganti pacar berapa kali ya? 

Pengaruh media, televisi, internet, bacaan dan lain-lain membuat pergaulan menjadi bebas. Pola pacaran juga menjadi lebih "berbahaya" dan "seronok". Jika seseorang menjadi pacar yang ke sekian kali nya, maka tidak ada jaminan bahwa ia tidak tersentuh oleh pacarnya yang terdahulu. Kemungkinan besar (tidak semua ya) masing-masing pasangan sudah jadi barang bekas, sudah dipegang-pegang oleh pacar terdahulu. Naudzubillah. Apakah seseorang rela memiliki pasangan yang demikian? dan kemungkinan hatinya masih mencintai bekas pacarnya yang terdahulu? 

Saya tau seseorang yang sedang menggugat cerai suaminya. Kenapa? Ia masih mencintai pacar sebelumnya.... CLBK, Cinta Lama Bersemi Kembali. Ini adalah salah satu dampak negatif dari seringnya buka FB dan reuni dengan teman lama. Berhati-hatilah. Dalam kesempatan ini saya ingin mengingatkan agar acara reuni bisa dibuat lebih islami. Jangan sampai diisi dengan acara yang tidak diridhoi Allah misalnya joget dan cipika cipiki diantara laki2 dan perempuan yang bukan muhrim. Menurut penelitian, tingkat perceraian semakin tinggi. Apakah ini gara-gara CLBK? mungkin saja. Kalau sampai terjadi perceraian, maka yang jadi korban adalah anaknya. Di negara-negara yang pergaulannya bebas, tingkat perceraian begitu tinggi, tingkat stress juga tinggi.

Tidak ada seorang manusia pun yang sempurna. Suami atau Istri pasti punya kekurangan. Nah, pada waktu melihat kekurangan itu terkadang seseorang membandingkan pasangannya dengan bekas pacarnya. Lalu setan membisikkan angan-angan "Andai kamu dulu jadinya dengan dia, pasti dia lebih baik". Kemudian angan2 itu berkepanjangan. Apakah bahagia hidup seperti itu?

Kalau misalkan dari usia muda pacaran dengan seseorang, ngga ganti-ganti sampai bertahun-tahun. Gimana? ... Nah, ini ada bahaya yang lain lagi, namanya "Sindrom Kodok Rebus"...??? 

Katanya sih, kalau kita mau merebus kodok, jangan langsung dimasukkan ke dalam air panas. Pastinya ia akan loncat. Letakkan kodok itu di panci berisi air dingin lalu dihangatkan. Sedikit demi sedikit temperatur dinaikkan. Si kodok merasa nyaman dengan air yang mulai menghangat. Terus dinaikkan suhunya. Kodok tidak lompat, sampai suatu saat suhu sudah terlampau panas, ia ingin lompat tapi tidak mampu, sebagian tubuhnya mateng. Lalu?...is death alias tewas. 

Barangsiapa yang berduaan (laki dan perempuan yang bukan muhrim). Maka yang ketiganya adalah setan. Kebanyakan orang pacaran mungkin awalnya ngga bermaksud zina. Namun dengan "sindrom kodok rebus", setan mangganggu manusia sedikit demi sedikit. Awalnya mungkin cuma berpegangan tangan lalu berlanjut, makin lama makin mendekati zina. Sampai suatu saat terjadilah zina. Siapa yang paling dirugikan? perempuan!! karena sampai sekarang belum ada laki2 yang bisa diperiksa masih perjaka atau ngga. Dan belum ada laki-laki yang hamil he ..he. Makanya para gadis, berhati-hati lah. Sekali terjadi perzinahan, maka "nasi sudah menjadi bubur". 

"Mendekati" zina saja sudah dilarang. Allah Maha Tahu, jika sudah mendekati zina, maka setan akan sangat mudah merayu manusia untuk jatuh ke dalam perzinahan. 

Semakin sering kita dengar berita, ditemukan bayi perempuan, dibuang atau pun dibunuh. Atau berita pembunuhan seorang perempuan, yang ternyata sedang hamil di luar nikah. Kenapa ya?...karena ... perzinahan bisa membawa kepada pembunuhan. Biasanya yang dibunuh adalah bayi yang lahir di luar nikah atau diaborsi, mau pun pihak perempuan. Coba buka deh, QS Al Isra (17:30-32) yang artinya: "(30)Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar. (31) Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk. (32) Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah [membunuhnya], melainkan dengan suatu [alasan] yang benar. Dan barangsiapa dibunuh secara zalim, maka sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepada ahli warisnya, tetapi janganlah ahli waris itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat pertolongan."

Kita lihat bahwa ayat tentang zina di atas diapit oleh dua ayat pembunuhan, pembunuhan anak dan pembunuhan jiwa. Subhanallah, hal ini tentunya bukan kebetulan kan?

Mohon maaf kalau gambar di atas sungguh mengerikan. Tapi ini gambaran sesungguhnya dari aborsi. Aborsi itu pembunuhan yang sangat kejam. Jangan sekali-kali terfikir untuk aborsi, jauhilah pergaulan bebas.Di Amerika telah terbunuh 50 juta bayi dengan cara diaborsi. Di Indonesia 2,5 juta bayi diaborsi setiap tahun. Sungguh fakta yang sangat mengerikan.

Belum lagi kasus pembuangan bayi. Untuk menutupi rasa malu, manusia bisa berubah menjadi teramat kejam. Naudzubillah min dzalik. 

Kalau pacaran dilarang lalu bagaimana cara mengenal calon suami atau istri? Dalam Islam ada perkenalan sebelum menikah, istilahnya khitbah. Hal ini dibolehkan ,jika memang sudah serius menuju ke pernikahan. Dan dalam perkenalan ini tetap saja harus ada pihak ke tiga, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. 

Ada satu hal lagi yang perlu diingat. Berpacaran atau pun berzinah itu dosa, sedangkan menikah itu dianjurkan. Mengapa? Karena hal inilah yang membedakan manusia dengan hewan. Pernah ngga dapat undangan, " Eh, minggu depan datang ya, kucing saya mau nikah" :)...

Free sex atau pergaulan bebas itu adalah kehidupan yang menyerupai kehidupan hewan. Makanya ada istilah"kumpul kebo", hidup bersama tanpa ikatan pernikahan, persis kaya kebo. Ini adalah kehidupan orang-orang yang egois. Alangkah kasihannya anak yang dilahirkan tanpa status yang jelas. Bahkan di kehidupan glamour seleb dunia kadang terdengar kabar, seorang perempuan melahirkan anak tanpa diketahui siapa bapaknya. Kasian anak itu ya. Naudzubillah. 

Ikutilah perintah Allah, insya Allah hidup bahagia dunia akhirat. 

Semoga kita termasuk orang-orang yang selalu berusaha memperbaiki diri di jalanNya. Semoga Allah mengampuni kesalahan-kesalahan kita.

SUMBER :

TULISAN SOFTSKILL ke 14

NAMA : LINIE ASMARA

NPM : 14210043

KELAS : 3EA17

32 CARA BERBAKTI KEPADA ORANGTUA
  1. Berbicaralah kamu kepada kedua orang tuamu dengan adab dan janganlah mengucapkan “Ah” kepada mereka, jangan hardik mereka, berucaplah kepada mereka dengan ucapan yang mulia.
  2. Selalu taati mereka berdua di dalam perkara selain maksiat, dan tidak ada ketaatan kepada makhluk di dalam bermaksiat kepada sang Khalik.
  3. Lemah lembutlah kepada kedua orangtuamu, janganlah bermuka masam serta memandang mereka dengan pandangan yang sinis.
  4. Jagalah nama baik, kemuliaan, serta harta mereka. Janganlah engkau mengambil sesuatu tanpa seizin mereka.
  5. Kerjakanlah perkara-perkara yang dapat meringankan beban mereka meskipun tanpa diperintah. Seperti melayani mereka, belanja ke warung, dan pekerjaan rumah lainnya, serta bersungguh-sungguhlah dalam menuntut ilmu.
  6. Bermusyawarahlah dengan mereka berdua dalam seluruh kegiatanmu. Dan berikanlah alasan jika engkau terpaksa menyelisihi pendapat mereka.
  7. Penuhi panggilan mereka dengan segera dan disertai wajah yang berseri dan menjawab, “Ya ibu, ya ayah”. Janganlah memanggil dengan, “Ya papa, ya mama”, karena itu panggilan orang asing (orang-orang barat maksudnya –pent.).
  8. Muliakan teman serta kerabat mereka ketika kedua orang tuamu masih hidup, begitu pula setelah mereka telah wafat.
  9. Janganlah engkau bantah dan engkau salahkan mereka berdua. Santun dan beradablah ketika menjelaskan yang benar kepada mereka.
  10. Janganlah berbuat kasar kepada mereka berdua, jangan pula engkau angkat suaramu kepada mereka. Diamlah ketika mereka sedang berbicara, beradablah ketika bersama mereka. Janganlah engkau berteriak kepada salah seorang saudaramu sebagai bentuk penghormatan kepada mereka berdua.
  11. Bersegeralah menemui keduanya jika mereka mengunjungimu, dan ciumlah kepala mereka.
  12. Bantulah ibumu di rumah. Dan jangan pula engkau menunda membantu pekerjaan ibumu.
  13. Janganlah engkau pergi jika mereka berdua tidak mengizinkan meskipun itu untuk perkara yang penting. Apabila kondisinya darurat maka berikanlah alasan ini kepada mereka dan janganlah putus komunikasi dengan mereka.
  14. Janganlah masuk menemui mereka tanpa izin terlebih dahulu, apalagi di waktu tidur dan istirahat mereka.
  15. Jika engkau kecanduan merokok, maka janganlah merokok di hadapan mereka.
  16. Jangan makan dulu sebelum mereka makan, muliakanlah mereka dalam (menyajikan) makanan dan minuman.
  17. Janganlah engkau berdusta kepada mereka dan jangan mencela mereka jika mereka mengerjakan perbuatan yang tidak engkau sukai.
  18. Jangan engkau utamakan istri dan anakmu di atas mereka. Mintalah keridhaan mereka berdua sebelum melakukan sesuatu karena ridha Allah tergantung ridha orang tua. Begitu juga kemurkaan Allah tergantung kemurkaan mereka berdua.
  19. Jangan engkau duduk di tempat yang lebih tinggi dari mereka. Jangan engkau julurkan kakimu di hadapan mereka karena sombong.
  20. Jangan engkau menyombongkan kedudukanmu di hadapan bapakmu meskipun engkau seorang pejabat besar. Hati-hati, jangan sampai engkau mengingkari kebaikan-kebaikan mereka berdua atau menyakiti mereka walaupun dengan hanya satu kalimat.
  21. Jangan pelit dalam memberikan nafkah kepada kedua orang tua sampai mereka mengeluh. Ini merupakan aib bagimu. Engkau juga akan melihat ini terjadi pada anakmu. Sebagaimana engkau memperlakukan orang tuamu, begitu pula engkau akan diperlakukan sebagai orang tua.
  22. Banyaklah berkunjung kepada kedua orang tua, dan persembahkan hadiah bagi mereka. Berterimakasihlah atas perawatan mereka serta atas kesulitan yang mereka hadapi. Hendaknya engkau mengambil pelajaran dari kesulitanmu serta deritamu ketika mendidik anak-anakmu.
  23. Orang yang paling berhak untuk dimuliakan adalah ibumu, kemudian bapakmu. Dan ketahuilah bahwa surga itu di telapak kaki ibu-ibu kalian.
  24. Berhati-hati dari durhaka kepada kedua orang tua serta dari kemurkaan mereka. Engkau akan celaka dunia akhirat. Anak-anakmu nanti akan memperlakukanmu sama seperti engkau memperlakukan kedua orangtuamu.
  25. Jika engkau meminta sesuatu kepada kedua orang tuamu, mintalah dengan lembut dan berterima kasihlah jika mereka memberikannya. Dan maafkanlah mereka jika mereka tidak memberimu. Janganlah banyak meminta kepada mereka karena hal itu akan memberatkan mereka berdua.
  26. Jika engkau mampu mencukupi rezeki mereka maka cukupilah, dan bahagiakanlah kedua orangtuamu.
  27. Sesungguhnya orang tuamu punya hak atas dirimu. Begitu pula pasanganmu (suami/istri) memiliki hak atas dirimu. Maka penuhilah haknya masing-masing. Berusahalah untuk menyatukan hak tersebut apabila saling berbenturan. Berikanlah hadiah bagi tiap-tiap pihak secara diam-diam.
  28. Jika kedua orang tuamu bermusuhan dengan istrimu maka jadilah engkau sebagai penengah. Dan pahamkan kepada istrimu bahwa engkau berada di pihaknya jika dia benar, namun engkau terpaksa melakukannya karena menginginkan ridha kedua orang tuamu.
  29. Jika engkau berselisih dengan kedua orang tuamu di dalam masalah pernikahan atau perceraian, maka hendaknya kalian berhukum kepada syari’at karena syari’atlah sebaik-baiknya pertolongan bagi kalian.
  30. Doa kedua orang itu mustajab baik dalam kebaikan maupun doa kejelekan. Maka berhati-hatilah dari doa kejelekan mereka atas dirimu.
  31. Beradablah yang baik kepada orang-orang. Siapa yang mencela orang lain maka orang tersebut akan kembali mencelanya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Termasuk dosa besar adalah seseorang mencela kedua orang tuanya dengan cara dia mencela bapaknya orang lain, maka orang tersebut balas mencela bapaknya. Dia mencela ibu seseorang, maka orang tersebut balas mencela ibunya.” (Muttafaqun ‘alaihi).
  32. Kunjungilah mereka disaat mereka hidup dan ziarahilah ketika mereka telah wafat. Bershadaqahlah atas nama mereka dan banyaklah berdoa bagi mereka berdua dengan mengucapkan, “Wahai Rabb-ku ampunilah aku dan kedua orang tuaku. Waha Rabb-ku, rahmatilah mereka berdua sebagaimana mereka telah merawatku ketika kecil”. (*)
~ o ~ Semoga bermanfaat dan Dapat Diambil Hikmah-Nya ...

Silahkan DICOPAS atau DI SHARE jika menurut sahabat note ini bermanfaat

#BERSIHKAN HATI MENUJU RIDHA ILAHI#

Subhanallah wabihamdihi Subhanakallahumma Wabihamdika Asyhadu Allailaaha Illa Anta Astaghfiruka Wa'atuubu Ilaik.

SUMBER :

Selasa, 27 November 2012

PENGARUH KEBUDAYAAN TERHADAP PEMBELIAN DAN KONSUMSI

NAMA : LINIE ASMARA

NPM : 14210043 

KELAS : 3EA17 

TUGAS 3 SOFTSKILL PERILAKU KONSUMEN

"PENGARUH KEBUDAYAAN TERHADAP PEMBELIAN DAN KONSUMSI" 

1. PENGERTIAN KEBUDAYAAN 

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. 

Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata LatinColere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai “kultur” dalam bahasa Indonesia. 

1.1. Definisi budaya

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari. 

Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia. 

Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan orang dari budaya lain terlihat dalam definisi budaya: Budaya adalah suatu perangkat rumit nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan atas keistimewaannya sendiri.”Citra yang memaksa” itu mengambil bentuk-bentuk berbeda dalam berbagai budaya seperti “individualisme kasar” di Amerika, “keselarasan individu dengan alam” di Jepang dan “kepatuhan kolektif”di Cina. 

Citra budaya yang bersifat memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya dengan pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis yang dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka. 

Dengan demikian, budaya lah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain. 

2. SESEORANG MENEMUKAN NILAI- NILAI YANG DI ANUT 

Nilai sosial adalah nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat. 

Untuk menentukan sesuatu itu dikatakan baik atau buruk, pantas atau tidak pantas harus melalui proses menimbang. Hal ini tentu sangat dipengaruhi oleh kebudayaan yang dianut masyarakat. Tak heran apabila antara masyarakat yang satu dan masyarakat yang lain terdapat perbedaan tata nilai 

Ciri-ciri pembentukan nilai-nilai sosial yang di anut: 
  1. Merupakan konstruksi masyarakat sebagai hasil interaksi antar warga masyarakat. 
  2. Disebarkan di antara warga masyarakat (bukan bawaan lahir).
  3. Terbentuk melalui sosialisasi (proses belajar)
  4. Merupakan bagian dari usaha pemenuhan kebutuhan dan kepuasan sosial manusia. 
  5. Bervariasi antara kebudayaan yang satu dengan kebudayaan yang lain. Dapat memengaruhi pengembangan diri sosial 
  6. Memiliki pengaruh yang berbeda antar warga masyarakat.
  7. Cenderung berkaitan satu sama lain. 
Berdasarkan ciri-cirinya, nilai sosial dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu nilai dominan dan nilai mendarah daging (internalized value).
  1. Nilai dominan adalah nilai yang dianggap lebih penting daripada nilai lainnya. Ukuran dominan tidaknya suatu nilai didasarkan pada hal-hal berikut. Banyak orang yang menganut nilai tersebut. Contoh, sebagian besar anggota masyarakat menghendaki perubahan ke arah yang lebih baik di segala bidang, seperti politik, ekonomi, hukum, dan sosial. Berapa lama nilai tersebut telah dianut oleh anggota masyarakat. Tinggi rendahnya usaha orang untuk dapat melaksanakan nilai tersebut. Contoh, orang Indonesia pada umumnya berusaha pulang kampung (mudik) di hari-hari besar keagamaan, seperti Lebaran atau Natal. Prestise atau kebanggaan bagi orang yang melaksanakan nilai tersebut. Contoh, memiliki mobil dengan merek terkenal dapat memberikan kebanggaan atau prestise tersendiri. 
  2. Nilai mendarah daging adalah nilai yang telah menjadi kepribadian dan kebiasaan sehingga ketika seseorang melakukannya kadang tidak melalui proses berpikir atau pertimbangan lagi (bawah sadar). Biasanya nilai ini telah tersosialisasi sejak seseorang masih kecil. Umumnya bila nilai ini tidak dilakukan, ia akan merasa malu, bahkan merasa sangat bersalah. Contoh, seorang kepala keluarga yang belum mampu memberi nafkah kepada keluarganya akan merasa sebagai kepala keluarga yang tidak bertanggung jawab. Demikian pula, guru yang melihat siswanya gagal dalam ujian akan merasa gagal dalam mendidik anak tersebut. 
Bagi manusia, nilai berfungsi sebagai landasan, alasan, atau motivasi dalam segala tingkah laku dan perbuatannya. Nilai mencerminkan kualitas pilihan tindakan dan pandangan hidup seseorang dalam masyarakat. Menurut Notonegoro, nilai sosial terbagi 3, yaitu: 
  1. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi fisik/jasmani seseorang.
  2. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang mendukung aktivitas seseorang.
  3. Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi jiwa/psikis seseorang. 
3. PENGARUH KEBUDAYAAN TERHADAP PERILAKU KONSUMEN

Pengertian perilaku konsumen menurut Shiffman dan Kanuk (2000) adalah perilaku yang diperhatikan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan mengabaikan produk, jasa, atau ide yang diharapkan dapat memuaskan konsumen untuk dapat memuaskan kebutuhannya dengan mengkonsumsi produk atau jasa yang ditawarkan. 

Selain itu perilaku konsumen menurut Loudon dan Della Bitta (1993) adalah proses pengambilan keputusan dan kegiatan fisik individu-individu yang semuanya ini melibatkan individu dalam menilai, mendapatkan, menggunakan, atau mengabaikan barang-barang dan jasa-jasa. 

Menurut Ebert dan Griffin (1995) consumer behavior dijelaskan sebagai upaya konsumen untuk membuat keputusan tentang suatu produk yang dibeli dan dikonsumsi. 

3.1. Model perilaku konsumen 

Konsumen mengambil banyak macam keputusan membeli setiap hari. Kebanyakan perusahaan besar meneliti keputusan membeli konsumen secara amat rinci untuk menjawab pertanyaan mengenai apa yang dibeli konsumen, dimana mereka membeli, bagaimana dan berapa banyak mereka membeli, serta mengapa mereka membeli. 

Pertanyaan sentral bagi pemasar: Bagaimana konsumen memberikan respon terhadap berbagai usaha pemasaran yang dilancarkan perusahaan? Perusahaan benar−benar memahami bagaimana konsumen akan memberi respon terhadap sifat-sifat produk, harga dan daya tarik iklan yang berbeda mempunyai keunggulan besar atas pesaing. 

3.2. Faktor Budaya 

Faktor budaya memberikan pengaruh paling luas dan dalam pada perilaku konsumen. Pengiklan harus mengetahui peranan yang dimainkan oleh budaya, sub budaya dan kelas social pembeli. Budaya adalah penyebab paling mendasar dari keinginan dan perilaku seseorang. 

Budaya merupakan kumpulan nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan dan perilaku yang dipelajari oleh seorang anggota masyarakat dari keluarga dan lembaga penting lainnya. Setiap kebudayaan terdiri dari sub budaya – sub budaya yang lebih kecil yang memberikan identifikasi dan sosialisasi yang lebih spesifik untuk para anggotanya. Sub budaya dapat dibedakan menjadi empat jenis: kelompok nasionalisme, kelompok keagamaan, kelompok ras, area geografis. Banyak sub budaya membentuk segmen pasar penting dan pemasar seringkali merancang produk dan program pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan konsumen. 

Kelas-kelas sosial adalah masyarakat yang relatif permanen dan bertahan lama dalam suatu masyarakat, yang tersusun secara hierarki dan keanggotaannya mempunyai nilai, minat dan perilaku yang serupa. Kelas sosial bukan ditentukan oleh satu faktor tunggal, seperti pendapatan, tetapi diukur dari kombinasi pendapatan, pekerjaan, pendidikan, kekayaan dan variable lain. 

3.3. Pengaruh Budaya Yang Tidak Disadari 

Dengan adanya kebudayaan, perilaku konsumen mengalami perubahan . Dengan memahami beberapa bentuk budaya dari masyarakat, dapat membantu pemasar dalam memprediksi penerimaan konsumen terhadap suatu produk. Pengaruh budaya dapat mempengaruhi masyarakat secara tidak sadar. Pengaruh budaya sangat alami dan otomatis sehingga pengaruhnya terhadap perilaku sering diterima begitu saja. Ketika kita ditanya kenapa kita melakukan sesuatu, kita akan otomatis menjawab, “ya karena memang sudah seharusnya seperti itu”. Jawaban itu sudah berupa jawaban otomatis yang memperlihatkan pengaruh budaya dalam perilaku kita. Barulah ketika seseorang berhadapan dengan masyarakat yang memiliki budaya, nilai dan kepercayaan yang berbeda dengan mereka, lalu baru menyadari bahwa budaya telah membentuk perilaku seseorang. Kemudian akan muncul apresiasi terhadap budaya yang dimiliki bila seseorang dihadapan dengan budaya yang berbeda. 

Misalnya, di budaya yang membiasakan masyarakatnya menggosok gigi dua kali sehari dengan pasta gigi akan merasa bahwa hal itu merupakan kebiasaan yang baik bila dibandingkan dengan budaya yang tidak mengajarkan masyarakatnya menggosok gigi dua kali sehari. Jadi, konsumen melihat diri mereka sendiri dan bereaksi terhadap lingkungan mereka berdasarkan latar belakang kebudayaan yang mereka miliki. Dan, setiap individu akan mempersepsi dunia dengan kacamata budaya mereka sendiri. 

3.4. Pengaruh Budaya dapat Memuaskan Kebutuhan 

Budaya yang ada di masyarakat dapat memuaskan kebutuhan masyarakat. Budaya dalam suatu produk yang memberikan petunjuk, dan pedoman dalam menyelesaikan masalah dengan menyediakan metode “Coba dan buktikan” dalam memuaskan kebutuhan fisiologis, personal dan sosial. Misalnya dengan adanya budaya yang memberikan peraturan dan standar mengenai kapan waktu kita makan, dan apa yang harus dimakan tiap waktu seseorang pada waktu makan. Begitu juga hal yang sama yang akan dilakukan konsumen misalnya sewaktu mengkonsumsi makanan olahan dan suatu obat. 

3.5. Pengaruh Budaya dapat Dipelajari 

Budaya dapat dipelajari sejak seseorang sewaktu masih kecil, yang memungkinkan seseorang mulai mendapat nilai-nilai kepercayaan dan kebiasaan dari lingkungan yang kemudian membentuk budaya seseorang. Berbagai macam cara budaya dapat dipelajari. Seperti yang diketahui secara umum yaitu misalnya ketika orang dewasa dan rekannya yang lebih tua mengajari anggota keluarganya yang lebih muda mengenai cara berperilaku. Ada juga misalnya seorang anak belajar dengan meniru perilaku keluarganya, teman atau pahlawan di televisi. Begitu juga dalam dunia industri, perusahaan periklanan cenderung memilih cara pembelajaran secara informal dengan memberikan model untuk ditiru masyarakat. Misalnya dengan adanya pengulangan iklan akan dapat membuat nilai suatu produk dan pembentukan kepercayaan dalam diri masyarakat. Seperti biasanya iklan sebuah produk akan berupaya mengulang kembali akan iklan suatu produk yang dapat menjadi keuntungan dan kelebihan dari produk itu sendiri. Iklan itu tidak hanya mampu mempengaruhi persepsi sesaat konsumen mengenai keuntungan dari suatu produk, namun dapat juga mempengaruhi persepsi generasi mendatang mengenai keuntungan yang akan didapat dari suatu kategori produk tertentu. 

3.6. Pengaruh Budaya yang Berupa Tradisi 

Tradisi adalah aktivitas yang bersifat simbolis yang merupakan serangkaian langkah-langkah (berbagai perilaku) yang muncul dalam rangkaian yang pasti dan terjadi berulang-ulang. Tradisi yang disampaikan selama kehidupan manusia, dari lahir hingga mati. Hal ini bisa jadi sangat bersifat umum. Hal yang penting dari tradisi ini untuk para pemasar adalah fakta bahwa tradisi cenderung masih berpengaruh terhadap masyarakat yang menganutnya. Misalnya yaitu natal, yang selalu berhubungan dengan pohon cemara. Dan untuk tradisi-tradisi misalnya pernikahan, akan membutuhkan perhiasan-perhiasan sebagai perlengkapan acara tersebut. 

4. STRUKTUR KONSUMSI 

Secara matematis struktur konsumsi yaitu menjelaskan bagaimana harga beragam sebagai hasil dari keseimbangan antara ketersediaan produk pada tiap harga (penawaran) dengan kebijakan distribusi dan keinginan dari mereka dengan kekuatan pembelian pada tiap harga (permintaan). Grafik ini memperlihatkan sebuah pergeseran ke kanan dalam permintaan dari D1 ke D2bersama dengan peningkatan harga dan jumlah yang diperlukan untuk mencapai sebuah titik keseimbangan (equibilirium) dalam kurva penawaran (S). 

5. DAMPAK NILAI- NILAI INTI TERHADAP PEMASAR 

5.1. Kebutuhan 

Konsep dasar yang melandasi pemasaran adalah kebutuhan manusia. Kebutuhan manusia adalah pernyataan dari rasa kehilangan, dan manusia mempunyai banyak kebutuhan yang kompleks. Kebutuhan manusia yang kompleks tersebut karena bukan hanya fisik (makanan, pakaian, perumahan dll), tetapi juga rasa aman, aktualisasi diri, sosialisasi, penghargaan, kepemilikan. Semua kebutuhan berasal dari masyarakat konsumen, bila tidak puas konsumen akan mencari produk atau jasa yang dapat memuaskan kebutuhan tersebut. 

5.2. Keinginan 

Bentuk kebutuhan manusia yang dihasilkan oleh budaya dan kepribadian individual dinamakan keinginan. Keinginan digambarkan dalam bentuk obyek yang akan memuaskan kebutuhan mereka atau keinginan adalah hasrat akan penawar kebutuhan yang spesifik. Masyarakat yang semakin berkembang, keinginannya juga semakin luas, tetapi ada keterbatasan dana, waktu, tenaga dan ruang, sehingga dibutuhkan perusahaan yang bisa memuaskan keinginan sekaligus memenuhi kebutuhan manusia dengan menembus keterbatasan tersebut, paling tidak meminimalisasi keterbatasan sumber daya. Contoh : manusia butuh makan, tetapi keinginan untuk memuaskan lapar tersebut tergantung dari budayanya dan lingkungan tumbuhnya. Orang Yogya akan memenuhi kebutuhan makannya dengan gudeg, orang Jepang akan memuaskan keinginannya dengan makanan sukayaki dll. 

5.3. Permintaan 

Dengan keinginan dan kebutuhan serta keterbatasan sumber daya tersebut, akhirnya manusia menciptakan permintaan akan produk atau jasa dengan manfaat yang paling memuaskan. Sehingga muncullah istilah permintaan, yaitu keinginan manusia akan produk spesifik yang didukung oleh kemampuan dan ketersediaan untuk membelinya. 

6. PERUBAHAN NILAI 

Budaya juga perlu mengalami perubahan nilai. Ada beberapa aspek dari perlunya perluasan perubahan budaya yaitu : 
  1. Budaya merupakan konsep yang meliputi banyak hal atau luas. Hal tersebut termasuk segala sesuatu dari pengaruh proses pemikiran individu dan perilakunya. Ketika budaya tidak menentukan sifat dasar dari frekuensi pada dorongan biologis seperti lapar, hal tersebut berpengaruh jika waktu dan cara dari dorongan ini akan memberi kepuasan. 
  2. Budaya adalah hal yang diperoleh. Namun tidak memaksudkan mewarisi respon dan kecenderungan. Bagaimanapun juga, bermula dari perilaku manusia tersebut.
  3. Kerumitan dari masyarakat modern yang merupakan kebenaran budaya yang jarang memberikan ketentuan yang terperinci atas perilaku yang tepat. 
6.1. Variasi nilai perubahan dalam nilai budaya terhadap pembelian dan konsumsi 

Nilai budaya memberikan dampak yang lebih pada perilaku konsumen dimana dalam hal ini dimasukkan kedalam kategori-kategori umum yaitu berupa orientasi nilai-nilai lainnya yaitu merefleksi gambaran masyarakat dari hubungan yang tepat antara individu dan kelompok dalam masyarakat. Hubungan ini mempunyai pengaruh yang utama dalam praktek pemasaran. Sebagai contoh, jika masyarakat menilai aktifitas kolektif, konsumen akan melihat kearah lain pada pedoman dalam keputusan pembelanjaan dan tidak akan merespon keuntungan pada seruan promosi untuk “menjadi seorang individual”. Dan begitu juga pada budaya yang individualistik. Sifat dasar dari nilai yang terkait ini termasuk individual/kolektif, kaum muda/tua, meluas/batas keluarga, maskulin/feminim, persaingan/kerjasama, dan perbedaan/keseragaman. 

6.2. Individual/kolektif 

Budaya individualis terdapat pada budaya Amerika, Australia, Inggris, Kanada, New Zealand, dan Swedia. Sedangkan Taiwan, Korea, Hongkong, Meksiko, Jepang, India, dan Rusia lebih kolektifis dalam orientasi mereka. Nilai ini adalah faktor kunci yang membedakan budaya, dan konsep diri yang berpengaruh besar pada individu. Tidak mengherankan, konsumen dari budaya yang memiliki perbedaan nilai, berbeda pula reaksi mereka pada produk asing, iklan, dan sumber yang lebih disukai dari suatu informasi. Seperti contoh, konsumen dari Negara yang lebih kolektifis cenderung untuk menjadi lebih suka meniru dan kurang inovatif dalam pembelian mereka dibandingkan dengan budaya individualistik. Dalam tema yang diangkat seperti ” be your self” dan “stand out”, mungkin lebih efektif di negara amerika tapi secara umum tidak di negara Jepang, Korea, atau Cina. 

6.3. Usia muda/tua 

Dalam hal ini apakah dalam budaya pada suatu keluarga, anak-anak sebagai kaum muda lebih berperan dibandingkan dengan orang dewasa dalam pembelian. Dengan kata lain adalah melihat faktor budaya yang lebih bijaksana dalam melihat sisi dari peran usia. Seperti contoh di Negara kepulauan Fiji, para orang tua memilih untuk menyenangkan anak mereka dengan membeli suatu barang. Hal ini berbeda dengan para orang tua di Amerika yang memberikan tuntutan yang positif bagi anak mereka. Disamping itu, walaupun Cina memiliki kebijakan yang mengharuskan untuk membatasi keluarga memiliki lebih dari satu anak, tetapi bagi budaya mereka anak merupakan “kaisar kecil” bagi mereka. Jadi, apapun yang mereka inginkan akan segera dipenuhi. Dengan kata lain, penting untuk diingat bahwa segmen tradisional dan nilai masih berpengaruh dan pera pemasar harus menyesuaikan bukan hanya pada lintas budaya melainkan juga pada budaya didalamnya. 

6.4. Luas/batasan keluarga 

Yang dimaksud disini adalah bagaimana keluarga dalam suatu budaya membuat suatu keputusan penting bagi anggota keluarganya. Dengan kata lain apakah peran orang dewasa (orang tua) memiliki kebijakan yang lebih dalam memutuskan apa yang terbaik bagi anaknya. Atau malah sebaliknya anak-anak memberi keputusan sendiri apa yang terbaik bagi diri mereka sendiri. Dan bisa dikatakan juga bahwa pengaruh pembelian oleh orang tua akan berpengaruh untuk seterusnya pada anak. Seperti contoh pada beberapa budaya yaitu seperti di Meksiko, sama halnya dengan Amerika, peran orang dewasa sangat berpengaruh. Para orang tua lebih memiliki kecenderungan dalam mengambil keputusan dalam membeli. Begitu juga para orang dewasa muda di Thailand yang hidup sendiri diluar dari orang tua atau keluarga mereka. Tetapi ketergantungan dalam membeli masih dipengaruhi oleh orang tua maupun keluarga mereka. Yang lain halnya di India, sesuatu hal yang akan dibeli diputuskan bersama-sama dalam satu keluarga yaitu seperti diskusi keluarga diantara mereka. 

Contoh Kasus : 

REPUBLIKA.CO.ID,KARANGAYAR – Pelestarian terhadap seni budaya batik menjadi salah kaprah. Masalahnya, seluruh siswa SMP dan SMA/SMK di Kabupaten Karanganyar diwajibkan membeli seragam batik. Kewajiban ini berlaku bagi siswa baru maupun siswa lama saat orangtua mengambil rapot kenaikan kelas. 

Koleksi seragam sekolah bertambah. Siswa SMP, misalnya, selain memiliki seragam putih-biru dan Pramuka, kini bertambah seragam batik. Demikian dengan siswa SMA/SMK. Selain seragam putih-abu-abu dan Pramuka, kini juga bertambah seragam batik. 

Ini yang dipersoalkan orangtua di sana. Mereka bukan saja mempermasalahkan cara ”paksaan” yang dilakukan pihak sekolah. Tapi, soal harga yang terlalu tinggi. 

”Masak seragam batik printing harganya Rp 179 ribu per potong,” tutur salah seorang wali siswa kepada Republika. 

Wali siswa dari sebuah SMPN di Jaten, Karangnyar, ini merasa keberatan dengan model pungutan seperti ini. Masalahnya, siswa setiap ajaran baru itu wajib membeli seragam reguler dan seragam olahraga. 

Menurutnya, banyak orangtua yang memprotes. Tapi, mereka tak dapat berbuat banyak. ”kebijakan seragam batik sebagai identitas sekolah. Mau tidak mau, siswa harus membeli,” katanya. 

Siswa SMAN I Karanganyar mewajibkan membeli seragam batik lewat koperasi sekolah. Orangtua disodori belangko pembelian seragam batik senilai Rp 179 ribu. Ini diberikan saat orangtua mengambil rapor. Dalam blangko disebutkan, orangtua bisa membayar batik saat mengambil rapor. Atau setelah libur sekolah. 

Kesimpulan 

Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia. 

Saran 

Suatu budaya boleh saja di lestarikan dan di jaga utuh ,tetapi suatu budaya jangan di jadikan sebuah konsumsi yang berlebihan atau beban,gunakan budaya sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan kalau tidak sesuai malah akan jadi salah kaprah. Mempelajari budaya yang modern dan cangih bisa menaikan pendapatan seperti halnya berbisnis online. 

SUMBER : 

Kamis, 22 November 2012

PUISI TENTANG IBU

MOTHER 



Mother..
Forgive me for these tears 
Forgive me for this stupid feeling 
Forgive all my fault ..

Mother.. 
when she advised to me
I'm always say "ah" to you ..
when she gave me a little problem 
I'm mad at him

now i'm realize 
That behind all the trials ... 
There must be a dream and hope 
and i always love you 
More than anyone and anything

Mother.. 
Thanks for all your love 
Always take care of me

I Will always love you 
Now and forever..















I LOVE U MOM :*

Karya : LINIE ASMARA

Senin, 19 November 2012

PENGARUH SITUASI

NAMA : LINIE ASMARA

NPM : 14210043

KELAS : 3EA17

"PENGARUH SITUASI" 

Pengaruh Situasi dapat dipandang sebagai pengaruh yang timbul dari faktor yang khusus untuk waktu dan tempat yang spesifik yang lepas dari karakteristik konsumen dan karakteristik obyek (Engel, et.al ,1994). Situasi Konsumen adalan faktor lingkungan sementara yang menyebabkan suatu situasi dimana perilaku konsumen muncul pada waktu tertentu dan tempat tertentu ( Mowen dan Minor 1998). 

Pengaruh situasi dapat dipandang sebagai pengaruh yang timbul dari faktor yang khusus untuk waktu dan tempat yang spesifik yang lepas dari karakteristik konsumen dan karakteristik obyek. Situasi konsumen adalah faktor lingkungan sementara yang menyebabkan suatu situasi dimana perilaku konsumen muncul pada waktu tertentu dan tempat tertentu. 

1. JENIS-JENIS SITUASI KONSUMEN 

a. SITUASI KOMUNIKASI 

Situasi Komunikasi adalah suasana atau lingkungan dimana konsumen memperoleh informasi atau melakukan komunikasi. Konsumen mungkin memperoleh informasi melalui : 
  • Komunikasi Lisan dengan teman, kerabat, tenaga penjual, atau wiraniag
  • Komunikasi non pribadi, seperti iklan TV, radio, internet, koran, majalah,poster, billboard, brosur, leaflet dsb
  • Informasi diperoleh langsung dari toko melalui promos penjualan, pengumuman di rak dan di depan took. 
b. SITUASI PEMBELIAN 

Situasi Pembelian adalah lingkungan atau suasana yang dialami/dihadapi konsumen ketika membeli produk dan jasa. Situasi pembelian akan mempengaruhi pembelian Misal: Ketika Konsumen berada di bandara, ia mungkin akan bersedia membayar sekaleng Coke berapa saja harganya ketika haus. Sebaliknya, jika ia berbelanja Coke di swalayan dan mendapatkan harganya relatif lebih mahal, ia mungkin sangat sensitif terhadap harga. Konsumen tsb mungkin akan menunda pembelian Coke dan mencari di tempat lain. 

c. SITUASI PEMAKAIAN 

Situasi Pemakaian disebut juga situasi penggunaan produk dan jasa merupakan situasi atau suasana ketika konsumsi terjadi. Konsumen seringkali memilih suatu produk karena pertimbangan dari situasi konsumsi. Misal: Konsumen Muslim sering memakai kopiah dan pakaian takwa pada saat sholat atau pada acara keagamaan. Kebaya akan dipakai kaum wanita pada acara pernikahan atau acara resmi lainya, dan jarang digunakan untuk pergi bekerja Para Produsen sering menggunakan konsep situasi pemakaian dalam memasarkan produknya, produk sering diposisikan sebagai produk untuk digunakan pada situasi pemakaian tertentu. Misalnya, ada pakaian resmi untuk ke pesta, pakaian olahraga, pakaian untuk kerja, pakaian untuk santai dan berolahraga. 

2. INTERAKSI ORANG-SITUASI 

Situasi pembelian mempunyai pengaruh yang nyata terhadap keputusan pembelian konsumen dengan gaya hidup believer. Hal ini menunjukkan bahwa situasi pembelian mampu menghadirkan keinginan konsumen untuk membeli karena situasi ini bisa menjadi stimulus terhadap keputusan konsumen untuk membeli. 

Gaya hidup pembelian juga mempunyai pengaruh yang nyata terhadap keputusan pembelian konsumen atas sesuatu. Konsumen dengan gaya hidup believer ternyata juga mengikuti mode-mode pakaian khususnya misalnya celana jeans sehingga gaya hidup mereka berpengaruh terhadap keputusan pembelian yang dilakukan. Situasi pembelian dan gaya hidup terhadap mode bagi konsumen dengan gaya hidup believer ternyata cukup tinggi mampu mempengaruhi keputusan pembelian konsumen dengan pengaruhnya sebesar 68%. 

3. PENGARUH SITUASI YANG TIDAK TERDUGA 

Situasi tidak terduga dapat menjadi pemicu seseorang untuk membeli suatu barang. Misalnya mahasiswi yang akan mengikuti ujian dan lupa membawa bolpoin dan pensil, maka secara otomatis dia akan membeli dulu bolpoin dan pensil sebelum mengikuti ujian tersebut. 

SUMBER :

Jumat, 16 November 2012

PENGARUH INDIVIDU

NAMA : LINIE ASMARA

NPM : 14210043

KELAS : 3EA17

"PENGARUH INDIVIDU"

Setiap Individu adalah pribadi yang unik. Manusia pada hakekatnya adalah kertas kosong yang di bentuk oleh lingkungan mereka. Perilaku manusia merupakan fungsi dari interaksi antara person atau individu dengan lingkungannya. Mereka berperilaku berbeda satu sama lain karena ditentukan oleh masing – masing lingkungan yang memang berbeda. 

Secara biografis individu memiliki karakteristik yang jelas bisa terbaca, seperti usia, jenis kelamin, status perkawinan, yang semua itu memiliki hubungan signifikan dengan produktivitas atau kinerja dalam suatu organisasi dan merupakan isu penting dalam dekade mendatang. Dari kajian beberapa bukti riset, memunculkan kesimpulan bahwa usia tampaknya tidak memiliki hubungan dengan produktivitas. Dan para pekerja tua yang masa kerjanya panjang akan lebih kecil kemungkinannya untuk mengundurkan diri. Demikian pula dengan karyawan yang sudah menikah, angka keabsenan menurun, angka pengunduran diri lebih rendah serta menunjukkan kepuasan kerja yang lebih tinggi daripada karyawan yang bujangan. 

Setiap individu pun memiliki kemampuan yang berbeda, kemampuan secara langsung mempengaruhi tingkat kinerja dan kepuasan karyawan melalui kesesuaian kemampuan – pekerjaan. Dari sisi pembentukan perilaku dan sifat manusia, perilaku individu akan berbeda di karenakan oleh kemampuan yang dimilikinya juga berbeda. Pembelajaran merupakan bukti dari perubahan perilaku individu. Pembelajaran terjadi setiap saat dan relatif permanen yang terjadi sebagai hasil dari pengalaman. 

Meski manusia dapat belajar dan dapat dipengaruhi oleh lingkungan mereka, terlalu sedikit perhatian yang diberikan dalam peran yang di mainkan pada evolusi pembentukan perilaku manusia. Para psikologi evolusioner memberitahu kita bahwa manusia pada dasarnya sudah terbentuk ketika dilahirkan. Kita lahir di dunia ini dengan sifat-sifat yang sudah mendarah daging, diasah, dan diadaptasikan terus selama jutaan tahun, yang membentuk dan membatasi perilaku kita. Psikologi evolusioner menentang pemahaman yang menyatakan bahwa manusia bebas untuk mengubah perilaku jika dilatih atau dimotivasi. Akibatnya, kita menemukan bahwa orang dalam tataran organisasi sering berperilaku dengan cara yang tampaknya tidak bermanfaat bagi diri mereka sendiri atau majikan mereka. Namun B.F. Skinner, dengan bangga menyatakan keyakinannya dalam membentuk perilaku individu dalam lingkungan, “Berikan saya seorang anak pada saat kelahirannya dan saya dapat berbuat seperti apa yang Anda inginkan”. 

Dari teori kepribadian yang dikemukakan oleh Sigmund Freud, memberikan 3 komponen dasar perilaku individu , diantaranya adalah : 
  1. Konsepsi Id : adalah subsistem dari kepribadian yang merupakan sumber dan menampung semua kekuatan jiwa yang menyebabkan berfungsinya suatu sistem.Libido dan Agresi adalah elemen kepribadian dari unsur Id yang berkenaan dengan kata hati, hasrat dan keinginan untuk mengejar kesenangan & kepuasan.
  2. Konsepsi Ego : mewakili logika yang dihubungkan dengan prinsip-rinsip realitas dan merupakan subsistem yang berfungsi ganda yakni melayani sekaligus mengendalikan (penengah) dua sisi lainnya (Id & Super Ego), dengan cara berinteraksi dengan dunia atau lingkungan luar.
  3. Konsepsi Super Ego : kekuatan moral dari personalitas yang merupakan sumber nilai, norma dan etika yang dianut seseorang dan memungkinkan ego memutuskan apakah sesuatu itu benar atau salah. Jika seseorang memiliki superego yang baik, maka orang tersebut akan memiliki tingkat kecerdasan spiritual yang tinggi. 
Sebagai kesimpulannya, perilaku individu tidak hanya ditentukan oleh faktor keturunan atau bawaan dari lahir, tetapi juga dipengaruhi oleh effort (usaha), ability(kompetensi) serta situasi lingkungan. Perubahan perilaku merupakan hasil dari proses pembelajaran. 

PENGERTIAN KELOMPOK REFERENSI 

Kelompok referensi disebut juga sebagai acuan.Kelompok referensi merupakan sekelompok orang yang secara nyata mempengaruhi perilaku seorang secara langsung atau tidak langsung.Kelompok referensi ini berguna sebagai referensi seseorang dalam pengambilan keputusandan sebagai dasar pembandingan bagi seseorang dalam membentuk nilai dan sikap umum / khusus atau pedoman khusus bagi perilaku. 

Jenis – jenis kelompok referensi berdasarkan pengelompkannya yaitu : 

1. Menurut intensitas interaksi dan kedekatannya 
  • Kelompok primer
  • Kelompok sekunder 
2. Menurut legalitas keberadaan 
  • Kelompok formal
  • Kelompok informal 
3. Menurut status keanggotaan dan pengaruh 
  • Kelompok aspirasi
  • Kelompok disosiasi
  • Primary / secondary
  • Membership 
Untuk dapat mempunyai pengaruh tersebut, kelompok rujukan harus melakukan hal – hal berikut ini : 
  1. Memberitahukan atau mengusahakan agar orang menyadari adanya suatu produk / merk khusus.
  2. Memberikan kesempatan pada individu untuk membandingkan pemikirannya sendiri dengan sikap dan perilaku kelompok.
  3. Mempengaruhi individu untuk mengambil sikap dan perilaku yang sesuai dengan norma-norma kelompok.
  4. Membenarkan keputusan untuk memakai produk-produk yang sama dengan kelompok 
Kelompok referensi terdiri atas dua jenis, yaitu : 
  1. Kelompok referensi normative
  2. Kelompok referensi komparatif 
Untuk mendorong timbulnya conformity maka kelompok referensi harus melakukan hal-hal sebagai berikut : 
  1. Memberitahukan atau mengusahakan agar orang menyadari adanya sesuatu produk menarik atau merek yang khusus.
  2. Memberikan kesempatan kepada individu untuk membandingkan pemikirannya sendiri dengan sikap dan perilaku kelompok.
  3. Mempengaruhi individu untuk mengambil sikap dan perilaku yang sesuai dengan norma-norma kelompok.
  4. Membenarkan keputusan untuk memakai produk-produk yang sama dengan kelompok. 
Beberapa peran penting dari keluarga antara lain : 
  1. Memenuhi kesejahteraan secara ekonomi
  2. Memberikan dukungan emosional
  3. Membentuk gaya hidup
  4. Sosialisasi 
Pengambilan Keputusan dan Peran Anggota Keluarga 

Menurut Schiffman dan Kanuk terdapat 8 peran yang dilakukan oleh anggota keluarga, antara lain : 
  1. Penjaga pintu (gatekeepers)
  2. Pemberi pengaruh
  3. Pengambil keputusan (decision maker)
  4. Pembeli (buyer)
  5. Penyiap (preparer/installer)
  6. Pengguna (user)
  7. Pemelihara (maintener)
  8. Pembuang (disposer) 
Menurut Neighbour (1985) thapan, tugas dan masalah yang menjadi isu penting dalam setiap tahapan siklus kehidupan keluarga adalah sebagai berikut : 
  1. Tahap Perkawinan
  2. Tahap Melahirkan Anak
  3. Tahap Membesarkan Anak-Anak Memasuki Sekolah Dasar
  4. Membesarkan Anak-Anak Usia Remaja
  5. Keluarga Mulai Melepaskan Anak-Anak
  6. Tahun-tahun Pertengahan
  7. Usia Tua 
Berdasarkan segmen keluarga yang dipilih ini perusahaan dapat menyusun bauran pemasaran melalui : 
  1. Strategi Produk
  2. Strategi Promosi
  3. Strategi Harga
  4. Distribusi 
SUMBER :

Kamis, 15 November 2012

PENGARUH KEBUDAYAAN TERHADAP PEMBELIAN DAN KONSUMSI

NAMA : LINIE ASMARA

NPM : 14210043

KELAS : 3EA17 

"PENGARUH KEBUDAYAAN TERHADAP PEMBELIAN DAN KONSUMSI"

1. PENGERTIAN KEBUDAYAAN 

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.

Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata LatinColere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai “kultur” dalam bahasa Indonesia.

1.1. Definisi budaya

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.

Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia. 

Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan orang dari budaya lain terlihat dalam definisi budaya: Budaya adalah suatu perangkat rumit nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan atas keistimewaannya sendiri.”Citra yang memaksa” itu mengambil bentuk-bentuk berbeda dalam berbagai budaya seperti “individualisme kasar” di Amerika, “keselarasan individu dengan alam” di Jepang dan “kepatuhan kolektif”di Cina. 

Citra budaya yang bersifat memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya dengan pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis yang dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka. 

Dengan demikian, budaya lah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain. 

2. SESEORANG MENEMUKAN NILAI- NILAI YANG DI ANUT 

Nilai sosial adalah nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat. 

Untuk menentukan sesuatu itu dikatakan baik atau buruk, pantas atau tidak pantas harus melalui proses menimbang. Hal ini tentu sangat dipengaruhi oleh kebudayaan yang dianut masyarakat. Tak heran apabila antara masyarakat yang satu dan masyarakat yang lain terdapat perbedaan tata nilai 

Ciri-ciri pembentukan nilai-nilai sosial yang di anut: 
  • Merupakan konstruksi masyarakat sebagai hasil interaksi antar warga masyarakat.
  • Disebarkan di antara warga masyarakat (bukan bawaan lahir).
  • Terbentuk melalui sosialisasi (proses belajar)
  • Merupakan bagian dari usaha pemenuhan kebutuhan dan kepuasan sosial manusia.
  • Bervariasi antara kebudayaan yang satu dengan kebudayaan yang lain. Dapat memengaruhi pengembangan diri sosial
  • Memiliki pengaruh yang berbeda antar warga masyarakat.
  • Cenderung berkaitan satu sama lain. 
Berdasarkan ciri-cirinya, nilai sosial dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu nilai dominan dan nilai mendarah daging (internalized value).

Nilai dominan adalah nilai yang dianggap lebih penting daripada nilai lainnya. Ukuran dominan tidaknya suatu nilai didasarkan pada hal-hal berikut. 

Banyak orang yang menganut nilai tersebut. Contoh, sebagian besar anggota masyarakat menghendaki perubahan ke arah yang lebih baik di segala bidang, seperti politik, ekonomi, hukum, dan sosial. 
Berapa lama nilai tersebut telah dianut oleh anggota masyarakat. 

Tinggi rendahnya usaha orang untuk dapat melaksanakan nilai tersebut. Contoh, orang Indonesia pada umumnya berusaha pulang kampung (mudik) di hari-hari besar keagamaan, seperti Lebaran atau Natal. 

Prestise atau kebanggaan bagi orang yang melaksanakan nilai tersebut. Contoh, memiliki mobil dengan merek terkenal dapat memberikan kebanggaan atau prestise tersendiri. 

2.1. Nilai mendarah daging (internalized value)

Nilai mendarah daging adalah nilai yang telah menjadi kepribadian dan kebiasaan sehingga ketika seseorang melakukannya kadang tidak melalui proses berpikir atau pertimbangan lagi (bawah sadar). Biasanya nilai ini telah tersosialisasi sejak seseorang masih kecil. Umumnya bila nilai ini tidak dilakukan, ia akan merasa malu, bahkan merasa sangat bersalah. Contoh, seorang kepala keluarga yang belum mampu memberi nafkah kepada keluarganya akan merasa sebagai kepala keluarga yang tidak bertanggung jawab. Demikian pula, guru yang melihat siswanya gagal dalam ujian akan merasa gagal dalam mendidik anak tersebut. 

Bagi manusia, nilai berfungsi sebagai landasan, alasan, atau motivasi dalam segala tingkah laku dan perbuatannya. Nilai mencerminkan kualitas pilihan tindakan dan pandangan hidup seseorang dalam masyarakat. Menurut Notonegoro, nilai sosial terbagi 3, yaitu: 
  1. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi fisik/jasmani seseorang.
  2. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang mendukung aktivitas seseorang.
  3. Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi jiwa/psikis seseorang. 
3. PENGARUH KEBUDAYAAN TERHADAP PERILAKU KONSUMEN

Pengertian perilaku konsumen menurut Shiffman dan Kanuk (2000) adalah perilaku yang diperhatikan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan mengabaikan produk, jasa, atau ide yang diharapkan dapat memuaskan konsumen untuk dapat memuaskan kebutuhannya dengan mengkonsumsi produk atau jasa yang ditawarkan. 

Selain itu perilaku konsumen menurut Loudon dan Della Bitta (1993) adalah proses pengambilan keputusan dan kegiatan fisik individu-individu yang semuanya ini melibatkan individu dalam menilai, mendapatkan, menggunakan, atau mengabaikan barang-barang dan jasa-jasa. 

Menurut Ebert dan Griffin (1995) consumer behavior dijelaskan sebagai upaya konsumen untuk membuat keputusan tentang suatu produk yang dibeli dan dikonsumsi. 

3.1. Model perilaku konsumen 

Konsumen mengambil banyak macam keputusan membeli setiap hari. Kebanyakan perusahaan besar meneliti keputusan membeli konsumen secara amat rinci untuk menjawab pertanyaan mengenai apa yang dibeli konsumen, dimana mereka membeli, bagaimana dan berapa banyak mereka membeli, serta mengapa mereka membeli. 

Pertanyaan sentral bagi pemasar: Bagaimana konsumen memberikan respon terhadap berbagai usaha pemasaran yang dilancarkan perusahaan? Perusahaan benar−benar memahami bagaimana konsumen akan memberi respon terhadap sifat-sifat produk, harga dan daya tarik iklan yang berbeda mempunyai keunggulan besar atas pesaing. 

3.2. Faktor Budaya 

Faktor budaya memberikan pengaruh paling luas dan dalam pada perilaku konsumen. Pengiklan harus mengetahui peranan yang dimainkan oleh budaya, sub budaya dan kelas social pembeli. Budaya adalah penyebab paling mendasar dari keinginan dan perilaku seseorang. 

Budaya merupakan kumpulan nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan dan perilaku yang dipelajari oleh seorang anggota masyarakat dari keluarga dan lembaga penting lainnya. Setiap kebudayaan terdiri dari sub budaya – sub budaya yang lebih kecil yang memberikan identifikasi dan sosialisasi yang lebih spesifik untuk para anggotanya. Sub budaya dapat dibedakan menjadi empat jenis: kelompok nasionalisme, kelompok keagamaan, kelompok ras, area geografis. Banyak sub budaya membentuk segmen pasar penting dan pemasar seringkali merancang produk dan program pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan konsumen. 

Kelas-kelas sosial adalah masyarakat yang relatif permanen dan bertahan lama dalam suatu masyarakat, yang tersusun secara hierarki dan keanggotaannya mempunyai nilai, minat dan perilaku yang serupa. Kelas sosial bukan ditentukan oleh satu faktor tunggal, seperti pendapatan, tetapi diukur dari kombinasi pendapatan, pekerjaan, pendidikan, kekayaan dan variable lain. 

3.3. Pengaruh Budaya Yang Tidak Disadari 

Dengan adanya kebudayaan, perilaku konsumen mengalami perubahan . Dengan memahami beberapa bentuk budaya dari masyarakat, dapat membantu pemasar dalam memprediksi penerimaan konsumen terhadap suatu produk. Pengaruh budaya dapat mempengaruhi masyarakat secara tidak sadar. Pengaruh budaya sangat alami dan otomatis sehingga pengaruhnya terhadap perilaku sering diterima begitu saja. Ketika kita ditanya kenapa kita melakukan sesuatu, kita akan otomatis menjawab, “ya karena memang sudah seharusnya seperti itu”. Jawaban itu sudah berupa jawaban otomatis yang memperlihatkan pengaruh budaya dalam perilaku kita. Barulah ketika seseorang berhadapan dengan masyarakat yang memiliki budaya, nilai dan kepercayaan yang berbeda dengan mereka, lalu baru menyadari bahwa budaya telah membentuk perilaku seseorang. Kemudian akan muncul apresiasi terhadap budaya yang dimiliki bila seseorang dihadapan dengan budaya yang berbeda. 

Misalnya, di budaya yang membiasakan masyarakatnya menggosok gigi dua kali sehari dengan pasta gigi akan merasa bahwa hal itu merupakan kebiasaan yang baik bila dibandingkan dengan budaya yang tidak mengajarkan masyarakatnya menggosok gigi dua kali sehari. Jadi, konsumen melihat diri mereka sendiri dan bereaksi terhadap lingkungan mereka berdasarkan latar belakang kebudayaan yang mereka miliki. Dan, setiap individu akan mempersepsi dunia dengan kacamata budaya mereka sendiri. 

3.4. Pengaruh Budaya dapat Memuaskan Kebutuhan 

Budaya yang ada di masyarakat dapat memuaskan kebutuhan masyarakat. Budaya dalam suatu produk yang memberikan petunjuk, dan pedoman dalam menyelesaikan masalah dengan menyediakan metode “Coba dan buktikan” dalam memuaskan kebutuhan fisiologis, personal dan sosial. Misalnya dengan adanya budaya yang memberikan peraturan dan standar mengenai kapan waktu kita makan, dan apa yang harus dimakan tiap waktu seseorang pada waktu makan. Begitu juga hal yang sama yang akan dilakukan konsumen misalnya sewaktu mengkonsumsi makanan olahan dan suatu obat. 

3.5. Pengaruh Budaya dapat Dipelajari 

Budaya dapat dipelajari sejak seseorang sewaktu masih kecil, yang memungkinkan seseorang mulai mendapat nilai-nilai kepercayaan dan kebiasaan dari lingkungan yang kemudian membentuk budaya seseorang. Berbagai macam cara budaya dapat dipelajari. Seperti yang diketahui secara umum yaitu misalnya ketika orang dewasa dan rekannya yang lebih tua mengajari anggota keluarganya yang lebih muda mengenai cara berperilaku. Ada juga misalnya seorang anak belajar dengan meniru perilaku keluarganya, teman atau pahlawan di televisi. Begitu juga dalam dunia industri, perusahaan periklanan cenderung memilih cara pembelajaran secara informal dengan memberikan model untuk ditiru masyarakat. Misalnya dengan adanya pengulangan iklan akan dapat membuat nilai suatu produk dan pembentukan kepercayaan dalam diri masyarakat. Seperti biasanya iklan sebuah produk akan berupaya mengulang kembali akan iklan suatu produk yang dapat menjadi keuntungan dan kelebihan dari produk itu sendiri. Iklan itu tidak hanya mampu mempengaruhi persepsi sesaat konsumen mengenai keuntungan dari suatu produk, namun dapat juga mempengaruhi persepsi generasi mendatang mengenai keuntungan yang akan didapat dari suatu kategori produk tertentu. 

3.6. Pengaruh Budaya yang Berupa Tradisi 

Tradisi adalah aktivitas yang bersifat simbolis yang merupakan serangkaian langkah-langkah (berbagai perilaku) yang muncul dalam rangkaian yang pasti dan terjadi berulang-ulang. Tradisi yang disampaikan selama kehidupan manusia, dari lahir hingga mati. Hal ini bisa jadi sangat bersifat umum. Hal yang penting dari tradisi ini untuk para pemasar adalah fakta bahwa tradisi cenderung masih berpengaruh terhadap masyarakat yang menganutnya. Misalnya yaitu natal, yang selalu berhubungan dengan pohon cemara. Dan untuk tradisi-tradisi misalnya pernikahan, akan membutuhkan perhiasan-perhiasan sebagai perlengkapan acara tersebut. 

4. STRUKTUR KONSUMSI

Secara matematis struktur konsumsi yaitu menjelaskan bagaimana harga beragam sebagai hasil dari keseimbangan antara ketersediaan produk pada tiap harga (penawaran) dengan kebijakan distribusi dan keinginan dari mereka dengan kekuatan pembelian pada tiap harga (permintaan). Grafik ini memperlihatkan sebuah pergeseran ke kanan dalam permintaan dari D1 ke D2bersama dengan peningkatan harga dan jumlah yang diperlukan untuk mencapai sebuah titik keseimbangan (equibilirium) dalam kurva penawaran (S).

5. DAMPAK NILAI- NILAI INTI TERHADAP PEMASAR 

5.1. Kebutuhan 

Konsep dasar yang melandasi pemasaran adalah kebutuhan manusia. Kebutuhan manusia adalah pernyataan dari rasa kehilangan, dan manusia mempunyai banyak kebutuhan yang kompleks. Kebutuhan manusia yang kompleks tersebut karena bukan hanya fisik (makanan, pakaian, perumahan dll), tetapi juga rasa aman, aktualisasi diri, sosialisasi, penghargaan, kepemilikan. Semua kebutuhan berasal dari masyarakat konsumen, bila tidak puas konsumen akan mencari produk atau jasa yang dapat memuaskan kebutuhan tersebut. 

5.2. Keinginan 

Bentuk kebutuhan manusia yang dihasilkan oleh budaya dan kepribadian individual dinamakan keinginan. Keinginan digambarkan dalam bentuk obyek yang akan memuaskan kebutuhan mereka atau keinginan adalah hasrat akan penawar kebutuhan yang spesifik. Masyarakat yang semakin berkembang, keinginannya juga semakin luas, tetapi ada keterbatasan dana, waktu, tenaga dan ruang, sehingga dibutuhkan perusahaan yang bisa memuaskan keinginan sekaligus memenuhi kebutuhan manusia dengan menembus keterbatasan tersebut, paling tidak meminimalisasi keterbatasan sumber daya. Contoh : manusia butuh makan, tetapi keinginan untuk memuaskan lapar tersebut tergantung dari budayanya dan lingkungan tumbuhnya. Orang Yogya akan memenuhi kebutuhan makannya dengan gudeg, orang Jepang akan memuaskan keinginannya dengan makanan sukayaki dll. 

5.3. Permintaan 

Dengan keinginan dan kebutuhan serta keterbatasan sumber daya tersebut, akhirnya manusia menciptakan permintaan akan produk atau jasa dengan manfaat yang paling memuaskan. Sehingga muncullah istilah permintaan, yaitu keinginan manusia akan produk spesifik yang didukung oleh kemampuan dan ketersediaan untuk membelinya. 

6. PERUBAHAN NILAI 

Budaya juga perlu mengalami perubahan nilai. Ada beberapa aspek dari perlunya perluasan perubahan budaya yaitu :

a). Budaya merupakan konsep yang meliputi banyak hal atau luas. Hal tersebut termasuk segala sesuatu dari pengaruh proses pemikiran individu dan perilakunya. Ketika budaya tidak menentukan sifat dasar dari frekuensi pada dorongan biologis seperti lapar, hal tersebut berpengaruh jika waktu dan cara dari dorongan ini akan memberi kepuasan.

b). Budaya adalah hal yang diperoleh. Namun tidak memaksudkan mewarisi respon dan kecenderungan. Bagaimanapun juga, bermula dari perilaku manusia tersebut. 

c). Kerumitan dari masyarakat modern yang merupakan kebenaran budaya yang jarang memberikan ketentuan yang terperinci atas perilaku yang tepat. 

6.1. Variasi nilai perubahan dalam nilai budaya terhadap pembelian dan konsumsi 

Nilai budaya memberikan dampak yang lebih pada perilaku konsumen dimana dalam hal ini dimasukkan kedalam kategori-kategori umum yaitu berupa orientasi nilai-nilai lainnya yaitu merefleksi gambaran masyarakat dari hubungan yang tepat antara individu dan kelompok dalam masyarakat. Hubungan ini mempunyai pengaruh yang utama dalam praktek pemasaran. Sebagai contoh, jika masyarakat menilai aktifitas kolektif, konsumen akan melihat kearah lain pada pedoman dalam keputusan pembelanjaan dan tidak akan merespon keuntungan pada seruan promosi untuk “menjadi seorang individual”. Dan begitu juga pada budaya yang individualistik. Sifat dasar dari nilai yang terkait ini termasuk individual/kolektif, kaum muda/tua, meluas/batas keluarga, maskulin/feminim, persaingan/kerjasama, dan perbedaan/keseragaman. 

6.2. Individual/kolektif 

Budaya individualis terdapat pada budaya Amerika, Australia, Inggris, Kanada, New Zealand, dan Swedia. Sedangkan Taiwan, Korea, Hongkong, Meksiko, Jepang, India, dan Rusia lebih kolektifis dalam orientasi mereka. Nilai ini adalah faktor kunci yang membedakan budaya, dan konsep diri yang berpengaruh besar pada individu. Tidak mengherankan, konsumen dari budaya yang memiliki perbedaan nilai, berbeda pula reaksi mereka pada produk asing, iklan, dan sumber yang lebih disukai dari suatu informasi. Seperti contoh, konsumen dari Negara yang lebih kolektifis cenderung untuk menjadi lebih suka meniru dan kurang inovatif dalam pembelian mereka dibandingkan dengan budaya individualistik. Dalam tema yang diangkat seperti ” be your self” dan “stand out”, mungkin lebih efektif di negara amerika tapi secara umum tidak di negara Jepang, Korea, atau Cina. 

6.3. Usia muda/tua 

Dalam hal ini apakah dalam budaya pada suatu keluarga, anak-anak sebagai kaum muda lebih berperan dibandingkan dengan orang dewasa dalam pembelian. Dengan kata lain adalah melihat faktor budaya yang lebih bijaksana dalam melihat sisi dari peran usia. Seperti contoh di Negara kepulauan Fiji, para orang tua memilih untuk menyenangkan anak mereka dengan membeli suatu barang. Hal ini berbeda dengan para orang tua di Amerika yang memberikan tuntutan yang positif bagi anak mereka. Disamping itu, walaupun Cina memiliki kebijakan yang mengharuskan untuk membatasi keluarga memiliki lebih dari satu anak, tetapi bagi budaya mereka anak merupakan “kaisar kecil” bagi mereka. Jadi, apapun yang mereka inginkan akan segera dipenuhi. Dengan kata lain, penting untuk diingat bahwa segmen tradisional dan nilai masih berpengaruh dan pera pemasar harus menyesuaikan bukan hanya pada lintas budaya melainkan juga pada budaya didalamnya. 

6.4. Luas/batasan keluarga 

Yang dimaksud disini adalah bagaimana keluarga dalam suatu budaya membuat suatu keputusan penting bagi anggota keluarganya. Dengan kata lain apakah peran orang dewasa (orang tua) memiliki kebijakan yang lebih dalam memutuskan apa yang terbaik bagi anaknya. Atau malah sebaliknya anak-anak memberi keputusan sendiri apa yang terbaik bagi diri mereka sendiri. Dan bisa dikatakan juga bahwa pengaruh pembelian oleh orang tua akan berpengaruh untuk seterusnya pada anak. Seperti contoh pada beberapa budaya yaitu seperti di Meksiko, sama halnya dengan Amerika, peran orang dewasa sangat berpengaruh. Para orang tua lebih memiliki kecenderungan dalam mengambil keputusan dalam membeli. Begitu juga para orang dewasa muda di Thailand yang hidup sendiri diluar dari orang tua atau keluarga mereka. Tetapi ketergantungan dalam membeli masih dipengaruhi oleh orang tua maupun keluarga mereka. Yang lain halnya di India, sesuatu hal yang akan dibeli diputuskan bersama-sama dalam satu keluarga yaitu seperti diskusi keluarga diantara mereka. 

Contoh Kasus : 

REPUBLIKA.CO.ID,KARANGAYAR – Pelestarian terhadap seni budaya batik menjadi salah kaprah. Masalahnya, seluruh siswa SMP dan SMA/SMK di Kabupaten Karanganyar diwajibkan membeli seragam batik. Kewajiban ini berlaku bagi siswa baru maupun siswa lama saat orangtua mengambil rapot kenaikan kelas. 

Koleksi seragam sekolah bertambah. Siswa SMP, misalnya, selain memiliki seragam putih-biru dan Pramuka, kini bertambah seragam batik. Demikian dengan siswa SMA/SMK. Selain seragam putih-abu-abu dan Pramuka, kini juga bertambah seragam batik. 

Ini yang dipersoalkan orangtua di sana. Mereka bukan saja mempermasalahkan cara ”paksaan” yang dilakukan pihak sekolah. Tapi, soal harga yang terlalu tinggi. 

”Masak seragam batik printing harganya Rp 179 ribu per potong,” tutur salah seorang wali siswa kepada Republika. 

Wali siswa dari sebuah SMPN di Jaten, Karangnyar, ini merasa keberatan dengan model pungutan seperti ini. Masalahnya, siswa setiap ajaran baru itu wajib membeli seragam reguler dan seragam olahraga. 

Menurutnya, banyak orangtua yang memprotes. Tapi, mereka tak dapat berbuat banyak. ”kebijakan seragam batik sebagai identitas sekolah. Mau tidak mau, siswa harus membeli,” katanya. 

Siswa SMAN I Karanganyar mewajibkan membeli seragam batik lewat koperasi sekolah. Orangtua disodori belangko pembelian seragam batik senilai Rp 179 ribu. Ini diberikan saat orangtua mengambil rapor. Dalam blangko disebutkan, orangtua bisa membayar batik saat mengambil rapor. Atau setelah libur sekolah. 

Kesimpulan 

Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia. 

Saran 

Suatu budaya boleh saja di lestarikan dan di jaga utuh ,tetapi suatu budaya jangan di jadikan sebuah konsumsi yang berlebihan atau beban,gunakan budaya sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan kalau tidak sesuai malah akan jadi salah kaprah. 

Mempelajari budaya yang modern dan cangih bisa menaikan pendapatan seperti halnya berbisnis online. 

SUMBER : 

By :
Free Blog Templates